Pagi hari ini sesuai rencana awal semestinya ketika alarm berbunyi tepat pukul 04.30am kami harusnya langsung bergegas untuk siap2, namun karena dinginnya cuaca pagi maka kami memutuskan kembali menyetel ulang alarm ke pukul 05.15am.....(lumayan molor lagi bentar,,,hehhe). Namun kami tersentak ketika alarm kedua membangunkan kami..tidak ada kata lain selain go..go..go mandi air hangat dan siap2 secepat mungkin. Berangkat dari rumah pukul 06.00am dan segera menjemput adik gue. Tengggggg..tepat 07.00am beneran cabut deh ke Pura Lempuyang tepatnya di daerah desa adat Purwa Ayu- Kedesaan Tista, Kecamatan Abang - Karangasem.
Setelah mampir untuk sarapan di salah satu tempat di dekat Goa Lawah maka perjalananpun lanjut kembali dan tepat pukul 09.45am kami sudah tiba di Pura Penataran Agung (Pura I yg kami temui setelah kendaraan kami parkir tidak jauh dari Pura ini..). Sedari Pura ini kamipun berjalan kaki walaupun tukang ojek sudah menyambut kami dengan rayuan manis, namun kami tetap berkeinginan untuk berjalan kaki ke Pura Tlaga Mas dengan jarak yg lumayan namun karena udara yg sejuk maka semua kelelahan tidak terasa menyiksa (anggap saja ujian awal sebelum ujian yg sesungguhnya....).
Setelah menyelesaikan persembahyangan di Pura Tlaga Mas maka barulah kami mulai menemui untaian tangga yg konon katanya berjumlah 1750 atau 1800 anak tangga untuk sampai ke Pura Lempurang Luhur yg terletak di atas bukit Bisbis/ gunung Lempuyang. Perjalanan menaiki tangga mulai kami tapaki satu persatu sampai di persimpangan menuju Pura Lempuyang Madya. Kami rehat sebentar sambil menimang-nimang 'langsung ke luhur apa ke madya' dulu? Dan akhirnya kami memutuskan tidak ke madya melainkan langsung naik ke tujuan awal-Pura Lempuyang Luhur-. Kira-kira ditengah perjalanan kami kembali menjumpai pura yakni Pura Pasar Agung sehingga kamipun melakukan persembahyangan di sini dan setelah usai perjalanan lanjut lagiiii..
Nafasku sempat terengah-engah dengan track tangga yg begitu buaanyak,,, namun karena tekad untuk sampai ke pucak sudah bulat maka hal ini menjadi penyemangatku. Setelah melewati Pura Pasar Agung maka kita mulai menjumpai banyak monyet sepanjang perjalanan mendekati Pura Lempuyang Luhur. Jika monyet tersebut melihat kita membawa makanan maka mereka akan memaksa untuk diberikan bagian namun jika kita bisa membawa makanan tersebut dengan tertutup rapi dan tidak menarik perhatian monyet2 tsb maka kita bisa berjalan dengan tenang.
Senyumku melebar....ketika menyadari Pura Lempuyang Luhur sudah di depan mata, mungkin inilah satu2nya kebahagiaan yg aku rasakan saat itu, perjuanganku berhasil.... Bergegas aku langsung ke menuju ke jeroan, kami menunggu beberapa saat karena kebetulan ada rombongan lain yg masih menyelesaiakan persembahyangan mereka. Sembari menunggu mataku tertegun sebentar melihat rumpun pohon bambu yang berada dekat dengan tempat persembahyangan, menurut cerita pohon bambu tersebut merupakan sumber "tirtha pingit" dimana ketika di potong di dalamnya terdapat air suci yg nantinya air suci tsb akan diberikan pada pemedek setelah persembahyangan usai sebagai tirtha. Walaupun pohon bambu tersebut sering di potong namun pohonnya tidak pernah habissss setelah sekian lamanya..
Tibalah giliran kami untuk melakukan persembahyangan setelah pemangku selesai menghanturkan sesajen yg kami persembahkan kamipun melakukan persembahyangan panca sembah. Selesai persembahyangan tentunya kami menikmati pemandangan yg di suguhkan di hadapan kami,,,pemandangan gunung dan laut adalah pemandangan yg tak kenal lelah mengundang decak kagumku. Betapa aku begitu tertegun akan keagungan-NYA.
Aku lupa jam berapa tepatnya aku sampai di Lempuyang Luhur, namun saat aku akan meninggalkan pura ini jam tanganku menunjukan pukul 02.15pm. Setelah melalui track menuruni tangga akhirnya kami tiba kembali di parkir kendaraan sekitar jam 04.30pm (full jalan kaki lhooo....). Kepuasan yg tidak dapat kugambarkan walaupun rasa sakit pada kakiku sudah mulai terasa....
Kalo menoleh lagi kebelakang perlu kita ketahui Pura Lempuyang Luhur merupakan stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara. Saat naik ke Lempuyang Luhur yg tinggi berbagai kotoran tubuh juga berangsur disucikan karena ribuan kali menghela nafas seperti saat pranayama, keringat keluar... Sembahyang sampai ke Pura Lempuyang Luhur merupakan pendakian spiritual jadi orang Bali apa pun wangsanya tidak boleh melupakan pura ini paling tidak sekali waktu menyempatkan diri tangkil sembahyang ke pura ini...Ayo yg belum???
Setelah mampir untuk sarapan di salah satu tempat di dekat Goa Lawah maka perjalananpun lanjut kembali dan tepat pukul 09.45am kami sudah tiba di Pura Penataran Agung (Pura I yg kami temui setelah kendaraan kami parkir tidak jauh dari Pura ini..). Sedari Pura ini kamipun berjalan kaki walaupun tukang ojek sudah menyambut kami dengan rayuan manis, namun kami tetap berkeinginan untuk berjalan kaki ke Pura Tlaga Mas dengan jarak yg lumayan namun karena udara yg sejuk maka semua kelelahan tidak terasa menyiksa (anggap saja ujian awal sebelum ujian yg sesungguhnya....).
Setelah menyelesaikan persembahyangan di Pura Tlaga Mas maka barulah kami mulai menemui untaian tangga yg konon katanya berjumlah 1750 atau 1800 anak tangga untuk sampai ke Pura Lempurang Luhur yg terletak di atas bukit Bisbis/ gunung Lempuyang. Perjalanan menaiki tangga mulai kami tapaki satu persatu sampai di persimpangan menuju Pura Lempuyang Madya. Kami rehat sebentar sambil menimang-nimang 'langsung ke luhur apa ke madya' dulu? Dan akhirnya kami memutuskan tidak ke madya melainkan langsung naik ke tujuan awal-Pura Lempuyang Luhur-. Kira-kira ditengah perjalanan kami kembali menjumpai pura yakni Pura Pasar Agung sehingga kamipun melakukan persembahyangan di sini dan setelah usai perjalanan lanjut lagiiii..
Nafasku sempat terengah-engah dengan track tangga yg begitu buaanyak,,, namun karena tekad untuk sampai ke pucak sudah bulat maka hal ini menjadi penyemangatku. Setelah melewati Pura Pasar Agung maka kita mulai menjumpai banyak monyet sepanjang perjalanan mendekati Pura Lempuyang Luhur. Jika monyet tersebut melihat kita membawa makanan maka mereka akan memaksa untuk diberikan bagian namun jika kita bisa membawa makanan tersebut dengan tertutup rapi dan tidak menarik perhatian monyet2 tsb maka kita bisa berjalan dengan tenang.
Senyumku melebar....ketika menyadari Pura Lempuyang Luhur sudah di depan mata, mungkin inilah satu2nya kebahagiaan yg aku rasakan saat itu, perjuanganku berhasil.... Bergegas aku langsung ke menuju ke jeroan, kami menunggu beberapa saat karena kebetulan ada rombongan lain yg masih menyelesaiakan persembahyangan mereka. Sembari menunggu mataku tertegun sebentar melihat rumpun pohon bambu yang berada dekat dengan tempat persembahyangan, menurut cerita pohon bambu tersebut merupakan sumber "tirtha pingit" dimana ketika di potong di dalamnya terdapat air suci yg nantinya air suci tsb akan diberikan pada pemedek setelah persembahyangan usai sebagai tirtha. Walaupun pohon bambu tersebut sering di potong namun pohonnya tidak pernah habissss setelah sekian lamanya..
Tibalah giliran kami untuk melakukan persembahyangan setelah pemangku selesai menghanturkan sesajen yg kami persembahkan kamipun melakukan persembahyangan panca sembah. Selesai persembahyangan tentunya kami menikmati pemandangan yg di suguhkan di hadapan kami,,,pemandangan gunung dan laut adalah pemandangan yg tak kenal lelah mengundang decak kagumku. Betapa aku begitu tertegun akan keagungan-NYA.
Aku lupa jam berapa tepatnya aku sampai di Lempuyang Luhur, namun saat aku akan meninggalkan pura ini jam tanganku menunjukan pukul 02.15pm. Setelah melalui track menuruni tangga akhirnya kami tiba kembali di parkir kendaraan sekitar jam 04.30pm (full jalan kaki lhooo....). Kepuasan yg tidak dapat kugambarkan walaupun rasa sakit pada kakiku sudah mulai terasa....
Kalo menoleh lagi kebelakang perlu kita ketahui Pura Lempuyang Luhur merupakan stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara. Saat naik ke Lempuyang Luhur yg tinggi berbagai kotoran tubuh juga berangsur disucikan karena ribuan kali menghela nafas seperti saat pranayama, keringat keluar... Sembahyang sampai ke Pura Lempuyang Luhur merupakan pendakian spiritual jadi orang Bali apa pun wangsanya tidak boleh melupakan pura ini paling tidak sekali waktu menyempatkan diri tangkil sembahyang ke pura ini...Ayo yg belum???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar